Cahaya Harapan Masa Depan



Cerpen Karangan: Fidki Sya'ban

Matahari mulai tidak menampakan wajahnya, gemuruh cahaya langit mulai terdengar pertanda akan turun hujan, dan hari yang sangat menyedihkan bagi seorang pemuda yang bernama Satria Purnomo. Dia mulai melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Akademi karena dia sudah memundurkan diri karena prestasi yang buruk.
Di perjalanan, Satria selalu melamun soal nasibnya kedepan sehingga dia lupa pemberhentian terakhirnya. Saat di perjalanan, dia bertemu dengan seorang teman masa kecilnya dia bertanya, “Hei Satria pulang bareng?” Sambil menawarkan boncengan. Satria pun menjawab, “Iya terimakasih maaf merepotkan” Ujar Satria.
Selama di perjalanan sang temanya pun penasaran apa yang sedang Satria lakukan lalu dia bertanya, “Satria kamu habis dari mana kamu gak di Akademi? Apa kamu Izin bermalam” saking penasarannya. Satria menjawab, “Anu.. Aku keluar” jawab Satria. Lalu mulai menjelaskan semuanya kepada temanya, Tak ada satu pun yang bisa dia perbuat untuk menolong temanya, hanya bisa memberi saran dan semangat kepada Satria agar tegar dalam menjalani cobaan dari Sang Pencipta.
Setelah sampai di rumah, Satria pun pergi melangkah menuju ke rumahnya kebetulah keluarganya sedang duduk di depan menikmati Indahnya hujan. Tiba-tiba keluarga pun terkejut saat melihat Sang pahlawan keluarga pulang dalam keadaan menyedihkan. Satria pun, langsung berdiri di hadapan mereka dan bersujud meminta maaf atas kegagalannya di Akademi. Untungnya keluarga Satria sangat pengertian dan menyuruhnya untuk beristirahat.
Satu minggu berlalu, Satria pun memutuskan untuk merantau sambil membawa lamaran pekerjaan. Dengan hanya bermodalkan sepeda motor dia pergi melamar di setiap kawasan industri, namun sayang tidak satupun yang menerimanya dengan berbagai alasan.
Karena Satria mulai hilang semangat, dia pergi ke sebuah kedai kopi yang ada di pinggiran kota. Suatu hari dia melihat seorang warga asing keturunan Asia yang sedang minum kopi di samping tempat duduknya, ternyata dompetnya tertinggal Satria pun langsung membayar tagihan warga Turunan Asia tersebut. Lalu mereka berkenalan, ternyata dia berasal dari Negeri matahari terbit dia bernyama Takayama. Karena melihat kondisi Satria yang sedang murung lalu Takayama menanyakan hal yang sedang mimpa dirinya, Satria langsung menjelaskan semuanya sehingga membuat Takayama simpati kepadanya.
Tak terasa hujan pun sudah mulai reda, kini saatnya Takayama pun pergi kenegeri asalnya sebelum itu dia meminta nama lengkapnya sambil memberikan sebuah selembaran. Kamudian mereka berpamitan dan Takayama pun memberikan semangat, “Jangan patah semangat, ingat cahaya masa depan sudah menantimu di depan sana” ujarnya.
Saat dilihat selembaran pemberian Takayama, ternyata isinya adalah sebuah program seleksi magang ke negeri matahari terbit yang berlangsung tahun depan. Sambil menunggu seleksi, Satria pun mulai berlatih dengan sungguh-sungguh, pada saat dia jatuh Satria selalu teringat perkataan dari Takayama, dia pun bangkit kembali.
          Tak terasa akhirnya, pelaksanaan seleksi pun dimulai, Satria pun mengikuti seleksi itu dengan semangat, tentunya tidak lupa dengan berdoa kepada penciptanya. Setelah melaksanakan seleksi akhirnya Satriapun lulus, walaupun panggilan terakhir betapa terkejutnya dia saat bertemu Takayama dan dia menjelaskan bahawa dia akan bekerja di tempatnya. Sungguh bahagia hati Satria, setelah itu dia memulai melaksanakan program magang selama Empat tahun dan pulang membawa kebanggaan bagi bangsa dan keluarganya.

Cerpen Karangan: Fidki Sya’ban