Asal Usul Desa Sedan


Asal Usul Desa Sedan
Cerita Rakyat dari Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang



            Pada jaman dahulu, ketika para wali sedang giat-giatnya menyebarkan agama Islam di pulau Jawa, Ketika itu para penduduk di pulau Jawa ini kebanyakan masih memeluk agama Hindu. Pusat pemerintahan masih dipegang oleh seorang raja yang berkuasa di Majapahit, sementara wilayah kabupaten Rembang masih berupa hutan belantara. Dengan demikian keadaan penduduk masih hidup mengelompok dalam perkampungan yang kecil dan sepi. Satu sama lain belum mampu melakukan komunikasi sebagaimana layaknya sebuah masyarakat seperti sekarang ini.

            Dalam keadaan seperti itu, datanglah seorang pemuda pengembara dari lain daerah yang menetap di sebuah tempat yang baru. Tempat baru yang ditempati ini masih berupa hutan belantara. Di tempat baru inilah kemudian seorang pengembara tersebut membangun sebuah tempat pemukiman yang sangat sederhana. Hanya sebuah gubug di bawah pohon kayu yang besar dan rindang. Letaknya sekitar 10 kilometer dari laut ke arah selatan.

              Setelah pengembara tersebut menetap disuatu tempat, ia selalu berkeliling ke sana ke mari untuk menemui orang-orang lain yang hidupnya juga berada di berbagai tempat di dalam hutan. Ketika saling bertemu dan berkenalan, pengembara asing tersebut memperkenalkan dirinya sebagai seoranjg sayid. Mereka yang berhasil ditemui kemudian diajaknya berkumpul di tempat kediamannya sendiri. Selanjutnya diperkenalkan untuk mengetahui dan menjalankan syariat agama Islam. Dan anehnya, orang-orang yang berhasil ditemuinya, yang kebanyakan masih memeluk agama Hindu, sebagaimana yang dianut oleh kebanyakan orang, mereka itu dengan patuhnya tunduk dengan ajakan tersebut.


                Semakin hari orang-orang yang berhasil ditemui oleh sang sayid tersebut semakin banyak. Tempat pemukiman yang semula hanya sebuah gubug tersebut akhirnya berkembang menjadi sebuah perkampungan. Hal ini disebabkan karena banyaknya orang yang mau menetap dan berkumpul bersama sang sayid tersebut.

            Pada perkembangan berikutnya, memang banyak sekali orang yang mau berkumpul dan menetap di perkampungan yang ditempati oleh sang sayid itu. Mereka dengan taatnya juga mau menganut ajaran agama dan kepercayaan yang dianut oleh sang sayid itu. Pendek kata, kehidupan sang sayid yang semula hanya seorang pengembara dan tinggal berpindah-pindah, kini telah berubah menjadi seorang pemimpin kelompok yang menetap di suatu tempat, dengan banyak pengikut yang menyatu. Sebuah tempat tinggal yang semula hanya sebuah gubug di bawah pohon itu kini telah berubah menjadi sebuah perkampungan yang banyak dihuni orang. Para penduduk pribumi yang semula memeluk agama Hindu, kini pun telah berubah menjadi sekelompok masyarakat pengikut ajaran sang sayid, yaitu masyarakat tertentu yang memeluk agama Islam. Pada waktu itu disebut juga masyarakat sayidan. Selanjutnya lama kelamaan tempat tersebut dinamakan desa sayidan kemudian berubah menjadi desa Sedan.

               Memang tingkah laku dan perbuatan sang pengembara yang menamakan dirinya dengan nama sayid tersebut patut dicontoh dan diteladani. Perbuatannya suka menolong orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Suka memberi tahu kepada orang-orang yang belum tahu. Suka melakukan perbuatan-perbuatan baik dan meninggalkan hal-hal yang dianggapnya kurang baik. Akhirnya segala yang diperbuat dan dikatakannya dijadikan sebagai panutan oleh orang-orang yang menjadi pengikutnya. Keberadaan sang pengembara itu sangat dihargai dan dipercaya.

            Setelah bertahun-tahun lamanya sang pengembara yang menamakan dirinya sang sayid tersebut menetap di tempat tinggalnya, yang semula berupa hutan belantara menjadi sebuah kampung yang disebut desa Sayidan atau Sedan tersebut, tibalah saatnya sang pembawa agama atau kepercayaan Islam tersebut wafat. Namun demikian, meski sang pembawa ajaran tersebut telah meninggal dunia, kebesaran nama seorang sayid tersebut sudah terlanjur tertanam dalam sanubari mereka. Nama sayid tetap mereka anggap sebagai nama yang membawa tuah. Tempat sayid yang disebut juga Sayidan yang kemudian berubah menjadi Sedan tersebut sudah terlanjur menjadi sebuah tempat yang keramat. Akhirnya mereka tetap menganggap sayid adalah seorang yang patut dihargai. Sayidan adalah sebuah tempat yang harus dikenang sebagai sebuah tempat yang membanggakan.
Itulah cerita tentang asal usul munculnya desa Sayidan yang kemudian berubah menjadi Sedan, yang kini menjadi pusat pemerintahan Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang.

            Kini orang yang menamakan dirinya sayid telah tiada. Tempat tinggal sayid yang disebut sayidan kemudian berubah menjadi Sedan, yang hanya berwujud sebuah gubug telah tiada. Tetapi nama besar sang sayid masih tetap dikenang oleh banyak orang. Sayid yang hanya seorang pengembara telah diakui sebagai seorang pembawa pembaharuan, seorang pemimpin yang jasa-jasa baiknya selalu diingat dan dikenang. Terbukti, setelah sang sayid tersebut wafat, jasadnya dimakamkan tidak jauh dari tempat tinggalnya. Makam tersebut dianggapnya sebagai makam yang keramat. Kubur sang sayid tersebut ditanami sebatang pohon jati yang akhirnya dikeramatkan juga. Pohon tersebut dibiarkan tumbuh dan berkembang yang pantang ditebang untuk selamanya. Menurut cerita yang berkembang, pohon jati tersebut memang telah tiada. Tetapi karena terdorong oleh perkembangan jaman, pohon jati tersebut dibiarkan mati dengan sendirinya. Hanya bekasnya yang masih tersisa. Terletak bersama kubur sang sayid di desa Sedan Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang. Bahkan untuk mengenang jasa-jasanya, tempat tinggalnya yang disebut sayidan telah dijadikan sebagai nama desa yang kini telah berubah menjadi ibu kota kecamatan. Yaitu kecamatan Sedan.

            Dari uraian cerita tersebut diatas, kini sang pengembara yang menamakan dirinya sayid telah tiada, Makam yang ditanami sebuah pohon jati pun tinggal tunggaknya yang oleh masyarakat setempat disebut tonggak jati angker. Tetapi hal itu sudah menjadi catatan tersendiri bagi riwayat munculnya desa Sedan yang sekarang ini. Sebuah desa yang mewakili riwayat tersendiri kaitannya dengan penyebaran agama Islam yang disebarkan oleh para pendahulu.

            Tetapi anehnya, meski kecamatan Sedan itu berdekatan dengan kota Lasem, kota yang disebut sebagai pusat kebudayaan warga Cina di pulau Jawa, di seluruh wilayah kecamatan Sedan ini tidak terdapat seorang pun warga keturunan Cina yang tinggal di wilayah ini. Para pembaca boleh percaya boleh tidak. Tetapi itulah kenyataannya. Mengapa begitu ? Masih konon kabarnya menurut cerita yang berkembang di masyarakat, warga keturunan Cina tidak bakal mampu bertahan hidup di wilayah kecamatan Sedan yang dulunya bernama sayidan ini. (Kus. YS)